Memiliki sahabat, sungguh sangat menyenangkan. Sahabat menjadi penting dalam menjalani hidup ini. Dengan sahabat, kita bisa saling berbagi.. berpangku tangan.. bahkan bertukar pikiran. Subhanalloh.. indahnya...
Pada dasarnya, setiap orang pasti memiliki sahabat. Entah itu keluarganya, teman dekatnya, atau juga sebuah buku yang biasa kita sebut sebagai diary. (tapi klo yg ini sih ga bisa diajak ngobrol). Pasti deh setiap jiwa ingin berbagi, ingin menumpahkan rasa, curhat-curhat gitu deh... Karena manusia adalah makhluk sosial. Kita nggak bisa berdiri sendiri tanpa bantuan orang lain. Sepakat?!
Lihat saja anak kecil.Setingkat TK saja sudah mulai terlihat bahwa manusia hidup butuh seorang teman yang bisa diajak untuk berbagi. Anak-anak kecil itu selalu bermain bersama, berbagi barang yang ia miliki kepada sahabatnya, mengajak sahabatnya untuk berkunjung kerumahnya.. dan lain-lain
Sedikit bercerita tentang pengalaman hidup saya dalam mencari seorang sahabat. Saya terbilang orang yang pendiam dalam bergaul. Bukannya apa-apa, tapi saya tidak gampang membuka hati kepada orang yang baru saya kenal. Saya sulit percaya pada orang lain. Mungkin itu kekurangan saya, oleh karena itu saya memilih-milih dalam menentukan siapa sahabat saya. Tapi dalam bergaul, dengan siapapun orangnya saja bisa. Saya berteman dengan siapapun. Apakah dia orang baik atau orang yang kurang baik, saya tetap bisa mengambil hati mereka. Saya selalu berusaha mendekati sisi pribadi orang tersebut agar saya bisa mengenal siapa dia sebenarnya. Sebab, bila kita sudah tau karakter dari teman kita --apa yang dia sukai dan apa yang tidak dia sukai-- maka kita akan lebih mudah mengambil hatinya. Dan itu saya lakukan pada semua teman saya.
Ada beberapa orang yang telah saya perlakukan seperti itu menjadi jatuh hati pada saya. Mereka merasa saya telah memperhatikannya, bahkan lebih jauh mengenal pribadinya daripada yang dia tahu tentang dirinya sendiri. Saya mereka anggap sebagai sahabat mereka. Tipenya bermacam-macam sih.. Ada diantara mereka yang langsung memproklamasikan dirinya sebagai sahabat saya atau saya sebagai sahabatnya, dan ada juga yang dia-diam merajut ikatan pertemanan kami menjadi sebuah persahabatan yang akan mencerminkan kasih sayang diantara sesama. Tapi itu semua bukan tipe saya. Saya merasa mereka bukan sahabat saya. Saya tidak berharap apapun pada mereka. Bila saya memberi perhatian pada mereka dan membantu mereka untuk keluar dari masalahnya itu semata-mata hanya keinginan saya untuk membantu. Tidak lebih. Apa saya terlalu dalam mengambil hati mereka ya? sehingga sekarang merekalah yang mengejar-ngejar saya untuk bersahabat. Dan karena saya tidak berharap apapun dari mereka, saya tidak merasakan indahnya bantuan-bantuan tangan mereka. Ketulusan mereka dalam memberi perhatian pada saya, dan lain sebagainnya. Mereka tetap belum mengetahui siapa diri saya. Saya rasa, hal ini belum terhitung sahabat. Karena jalinan ini tidak saling menguntungkan satu sama lain. hehe..
Namun suatu ketika ada seorang teman yang diam-diam memperhatiakan saya. Karena kami terhitung tidak dekat, hanya sebatas kenal, dia mendekati saya dan ingin lebih jauh mengenal diri saya. Saya sambut dia dengan baik. Dan seperti yang lainnya, ujung-ujungnya dia memproklamasikan saya sebagai sahabatnya. saya merasa tertekan. Karena saya rasa, jalinan saya dengan dia bukan jalinan persahabatan.
Hari berganti hari.. dia terus mendekati saya dan akhirnya kami dekat. Dia begitu menghormati saya.. mendengarkan semua kata-kata yang terucap dari mulut saya, memperhatikan tingkah laku saya, mengikuti apapun yang biasa saya kerjakan.. hm,,, dia seperti fans saya aja deh.. hehe..
Abisnya dia nempel banget sama saya, dan begitu patuh mengikuti saya.
Hari berganti hari, lambat laun saya tidak merasa keberatan bila dia memberitaukan pada teman-teman yang lain bahwa kami adalah sepasang sahabat. Entahlah, hati saya sudah merasa rela ketika itu. Walaupun saya tidak merasa bahwa dia adalah sahabat saya. Karena saya tidak mendapatkan yang saya inginkan darinya, berupa pengertian... kasih sayang.. dan pemahamannya terhadap perasaan hati saya. Mm.. mungkin juga dia sudah memberikan itu semua, namun saya tetap belum merasa sreg mengakui dia adalah sahabat saya.
Suatu ketika, kami dipisahkan oleh jarak. Tidak bisa bersama-sama lagi.. dan saya juga tidak repot untuk mendengarkan keluh kesahnya yang seperti biasa setelah itu saya akan memberikan beberapa saran untuknya dengan pertimbangan yg matang. Beberapa bulan sejak keterpisahan itu, saya tidak merasakan ada yg hilang dari hari-hari saya. semua berjalan normal seperti biasa. Saya masih menganggap diary adalah sahabat saya. Tapi dia memberi kabar dari jauh bahwa dia merasa kehilangan saya. Merindukan saya, saran-saran saya, nasihat saya, dan yang paling penting dia bilang bahwa tidak ada orang yang seperti saya yang cocok dengannya untuk dijadikan sahabat untuknya. Saya tetap biasa-biasa saja...
Namun beberapa bulan berikutnya saja merasa kemerosotan iman. Amalan-amalan sunnah yang biasa saya kerjakan kini minim sekali saya lakukan. Tidak ada yang menegur, mengingatkan, dan memberi motivasi. Ghiroh-ghiroh taqwa yang dulu selalu hadir dalam diri saya kini hilang sedikit demi sedikit. saya membutuhkan dorongan semangat-semangat itu. Ternyata saya baru menyadari, dialah yang biasa menemani saya mengagedakan jadwal ibadah yaumiyah, menegur saya bila saya berbuat salah, mengingatkan saya ketika mulai futur. Dia yang kini jauh dari saya.. ternyata dia berharga. Dia orang yang saya butuhkan untuk menemani hari-hari saya sebagai sepasang sahabat. Subhanalloh.. saya baru mengakuinya kini, bahwa dia adalah sahabat saya. Sahabat yang telah Alloh gariskan untuk selalu bersama berjuang didunia ini dalam merai ridho-Nya.
Manusia terkadang baru menyadari betapa berharganya orang yang ada didekatnya bila telah dihapankan dengan keterpisahan. Masya Alloh..
Allohummagh firli...
Kini saya menyadari, bahwa seorang teman tidak bisa sempurna dimata kita bila kita terus mengharapkan apa yang tidak ada dari dirinya dan selalu mengharapkan yang lebih. Maka bersyukurlah dengan keadaan yang ada, maka nikmat itu akan terasa. Bukankah begitu yang Alloh perintahkan pada kita?!
Saya pun mulai merangkai hari, berintropeksi memuhasabahi diri. Saya akan menjadikannya sahabat dunia akhirat saya. Berusaha menerima kekurangannya an bersyukur atas kelebihannya...
Semoga Alloh menguatkan ikatan persahabatan ini.
Pernahkah anda memiliki orang yang dekat dengan anda? yang memberi perhatian pada anda.. menyayangi anda.. dan membantu anda dikala anda merasa kesulitan. Dia adalah sahabat anda. Jangan sia-siakan dia, sebelum anda menyesal karena kehilangannya.
Mm.. pesan saya, tentu saja anda harus memilih orang yang akan anda jadikan sahabat adalah orang yang sejenis. Akhwat dengan akhwat, dan ikhwan dengan ikhwan...
Atau kalau yang sudah menikah, bisa saja pasangan anda adalah sahabat yang paling setia pada anda. jangan asal memilih sahabat. Karena sahabat yang baik bukanlah yang mendukung anda selalu dalam setiap keadaan. bukan yang membenarkan perkataan anda, tapi yang berani mengatakan "tidak" untuk anda. Dia menyayangi anda dan takut jika anda berbuat salah, maka dia akan terus mengingatkan anda untuk selalu dalam jalan kebenaran.
Subhanalloh.. persahabatan yang dilandasi dengan keimanan pada Alloh adalah sebaik-baiknya persahabatan. Semoga sahabat kita bisa selalu bersama-sama dengan kita, dunia dan akhirat. Amin...
Teruntuk sahabatku, Uhibbuki fillah..
nita
Rabu, 30 Juni 2010
Memaknai Arti Sahabat dalam hidup
06.19
No comments
0 komentar:
Posting Komentar